Latest Post

A.C.A.B (All Cops Are Bastard)

Written By Unknown on Rabu, 05 Juni 2013 | 15.38


A.C.A.B dengan singkatan A.C.A.B. All Cops Are Bastard itulah kepanjangannya, hmm nampaknya dari kata tersebut mungkin langsung pada mengerti apa artinya secara hirarki kata “SEMUA POLISI ADALAH BAJINGAN !!!”, thats right dude… mengapa demikian??

Berasal dari setidaknya tahun 1940-an, dan digunakan sebagai slogan selama mogok para penambang Inggris, ACAB adalah singkatan sering diintegrasikan ke dalam penjara di Inggris, hal ini paling sering diberikan dengan satu huruf antara buku jari dan sendi pertama setiap jari, alternatif kadang terlihat sebagai titik kecil di seluruh buku jari simbolis masing-masing.

Sebenarnya ada beberapa versi kelompok yang mengamalkan A.C.A.B dalam suatu pergerakan mereka. Pada umumnya kelompok ini adalah kelompok dengan ras extrimis kiri, dimana ras ini menolak keras akan suatu ketidak adilan yang didapatkan dari Cops atau polisi. Kelompok extrimis itu salah satunya kelompok Ultras. Ultras adalah kelompok suporter anti terhadap polisi, alasan mereka menolak keras terhadap polisi adalah para polisi yang selalu mengacau dimana cita-cita ultras yang bertolak belakang dengan polisi. Para polisi biasanya menggunakan/atas nama keamanan mereka semena-mena terhadap kelompok yang memperjuangkan hak dan cita-cita mereka. Pasalnya jika terjadi insiden kecil saja, mereka memperbesar sutau insiden yang seharusnya dapat diselesaikan dengan kepala dingin, mereka mencammpuri, memprovokasi dan berpura-pura menangani situasi dimana hati mereka bersungguh-sungguh menghakimi dengan keji.

Dalam politik modern, baik neo-Nazi Skinhead dan sayap kiri / anarkis bajingan menggunakan “ACAB” sebagai slogan. Pada 7 Januari 2011, tiga penggemar sepakbola Ajax didenda karena memakai t-shirt dengan angka 1312 dicetak pada mereka. 1312 singkatan ACAB. Salah satu fenomena yang dekat dengan A.C.A.B adalah seluruh kelompok ultras di Italia menolak keadaan posisi polisi di dekat mereka di saat pertandingan sepakbola. Para ultras yang mempunyai basis tempat tersendiri (biasanya berposisi di belakang gawang, baik utara maupun selatan) melarang keras polisi mendekat, jika mereka mendekat sejengkal, perlawanan akan membrutal nyawa pun harus jadi tumbal. Terbukti pada kerusuhan di genoa 1 polisi mati akibat para ultras yang membrutal akibat tingkah polisi yang frontal.

Postingan ini saya terinspirasi dari seoranag yang sangat saya kagumi dimana kekaguman saya terhadapnya melebihi kekaguman terhadap presiden yang sangat menyebalkan yang lebih menyebalkan dari koneksi saya yang menurun secara ekspektasi, dimana dia menulis tentang police, dimana dia mengungkapkan kekesalanya dengan sedikit tulisan yang lugas, mengiris, dan extrimis !!!!, saya mulai terinspirasi dengan pemikirannya yang saya terapkan dalam jalan klompok ultras, karena saya sendiri seorang ultras. Dan slogan ALL COPS ARE BASTARD !!!! slalu melekat dalam diri.A.C.A.B dengan singkatan A.C.A.B. All Cops Are Bastard itulah kepanjangannya, hmm nampaknya dari kata tersebut mungkin langsung pada mengerti apa artinya secara hirarki kata “SEMUA POLISI ADALAH BAJINGAN !!!”, thats right dude… mengapa demikian??

Berasal dari setidaknya tahun 1940-an, dan digunakan sebagai slogan selama mogok para penambang Inggris, ACAB adalah singkatan sering diintegrasikan ke dalam penjara di Inggris, hal ini paling sering diberikan dengan satu huruf antara buku jari dan sendi pertama setiap jari, alternatif kadang terlihat sebagai titik kecil di seluruh buku jari simbolis masing-masing.

Sebenarnya ada beberapa versi kelompok yang mengamalkan A.C.A.B dalam suatu pergerakan mereka. Pada umumnya kelompok ini adalah kelompok dengan ras extrimis kiri, dimana ras ini menolak keras akan suatu ketidak adilan yang didapatkan dari Cops atau polisi. Kelompok extrimis itu salah satunya kelompok Ultras. Ultras adalah kelompok suporter anti terhadap polisi, alasan mereka menolak keras terhadap polisi adalah para polisi yang selalu mengacau dimana cita-cita ultras yang bertolak belakang dengan polisi. Para polisi biasanya menggunakan/atas nama keamanan mereka semena-mena terhadap kelompok yang memperjuangkan hak dan cita-cita mereka. Pasalnya jika terjadi insiden kecil saja, mereka memperbesar sutau insiden yang seharusnya dapat diselesaikan dengan kepala dingin, mereka mencammpuri, memprovokasi dan berpura-pura menangani situasi dimana hati mereka bersungguh-sungguh menghakimi dengan keji.

Dalam politik modern, baik neo-Nazi Skinhead dan sayap kiri / anarkis bajingan menggunakan “ACAB” sebagai slogan. Pada 7 Januari 2011, tiga penggemar sepakbola Ajax didenda karena memakai t-shirt dengan angka 1312 dicetak pada mereka. 1312 singkatan ACAB. Salah satu fenomena yang dekat dengan A.C.A.B adalah seluruh kelompok ultras di Italia menolak keadaan posisi polisi di dekat mereka di saat pertandingan sepakbola. Para ultras yang mempunyai basis tempat tersendiri (biasanya berposisi di belakang gawang, baik utara maupun selatan) melarang keras polisi mendekat, jika mereka mendekat sejengkal, perlawanan akan membrutal nyawa pun harus jadi tumbal. Terbukti pada kerusuhan di genoa 1 polisi mati akibat para ultras yang membrutal akibat tingkah polisi yang frontal.

Postingan ini saya terinspirasi dari seoranag yang sangat saya kagumi dimana kekaguman saya terhadapnya melebihi kekaguman terhadap presiden yang sangat menyebalkan yang lebih menyebalkan dari koneksi saya yang menurun secara ekspektasi, dimana dia menulis tentang police, dimana dia mengungkapkan kekesalanya dengan sedikit tulisan yang lugas, mengiris, dan extrimis !!!!, saya mulai terinspirasi dengan pemikirannya yang saya terapkan dalam jalan klompok ultras, karena saya sendiri seorang ultras. Dan slogan ALL COPS ARE BASTARD !!!! slalu melekat dalam diri.

Ultras, a Way of Life


Sebelumnya, pendukung suatu klub bersifat individualis, sendiri-sendiri atau dalam kelompok kecil. Mereka mungkin saja patriotis di stadion, tetapi identifikasi dan simbolisasi diri pendukung terhadap klub berhenti begitu laga usai dan lampu stadion dipadamkan. Mereka bersifat anonim dan sama sekali bukan merupakan bagian spiritual dari klub.

Kata Ultras dimaknai sebagai lebih, sangat, luar biasa atau ekstrem. Dalam sepakbola Ultras mengacu kepada kelompok pendukung atau fans yang terorganisasi, memiliki kode berperilaku yang bersifat komunal, cenderung eksklusif serta memiliki identitas yang kuat serta loyalitas tak terbatas kepada tim sepakbola yang didukungnya. Ultras lebih daripada sekedar hadir di stadion dan memberi dukungan, ultras adalah sebuah totalitas mental, sikap dan perbuatan dalam mendukung klub, di dalam dan di luar stadion, saat ada dalam kelompok dan saat sendiri, saat menang dan saat kalah, saat klub di puncak kejayaan dan saat klub di nadir keterpurukan. Maka, empat nilai penting pada Ultras adalah kehormatan, totalitas, loyalitas dan solidaritas.

Cikal Bakal Ultras
Kelompok Ultras pertama di dunia terbentuk justru bukan untuk mendukung sebuah klub, melainkan untuk mendukung tim nasional. Torcida Organizada terbentuk di Brasil tahun 1939 untuk mendukung timnas mereka. Perang Dunia Kedua yang melanda Eropa membuat gagasan Ultras ini sedikit terlambat berkembang ke benua biru. Barulah pada 1950 Ultras pertama Eropa lahir di Yugoslavia, ketika pendukung klub Hajduk Split membentuk Torcida Split.

Hanya butuh waktu satu tahun, gagasan Ultras ini masuk ke Italia. Tahun 1951 lahirlah Ultras pertama di Italia, Fedelissimi Granata yang mendukung klub Torino. Fenomena Ultras ini makin meluas di Italia. Maka bermunculanlah kelompok Ultras seperti Fossa dei Leoni (Milan, 1968), Boys LFN (Internazionale, 1968), Ultras Sampdoria (Sampdoria, 1969) Commandos Monteverde Lazio/CML (Lazio, 1971), Yellow-blue Brigade (Hellas Verona, 1971), Viola Club Viesseux (Fiorentina, 1971), Ultras Napoli (Napoli, 1972), Griffin Den (Genoa, 1973), For Ever Ultras (Bologna, 1975), Black and Blue Brigade (Atalanta, 1976), Fossa dei Campioni dan Panthers (Juventus, 1976), dan Commando Ultra Curva Sud/CUCS (Roma, 1977).

Modus operandi terbentuknya kelompok-kelompok ini beraneka-ragam. Menggabungkan kelompok-kelompok kecil yang sudah ada sebelumnya, dari sosialisasi di cafe atau bar, kelompok di sekolah atau kampus, komunitas suatu area geografis tertentu, partai politik dan sebagainya. Usia mereka saat terbentuknya kelompok ini biasanya berkisar antara 15-25 tahun.

Kelompok-kelompok pertama yang terbentuk di atas biasanya tidak bertahan lama. Kelompok baru dari klub yang sama bermunculan, bersaing dan menyisihkan yang sebelumnya. Atau, beberapa kelompok melakukan merger. Dipenjarakannya tokoh-tokoh suatu kelompok Ultras akibat kerusuhan juga sering menjadi pemicu bubar. Hal yang paling sering terjadi adalah perpecahan dalam suatu kelompok akibat masuknya kepentingan partai politik yang memanfaatkan kekuatan Ultras, komersialisasi Ultras dalam memproduksi dan menjual merchandise, atau masuknya kelompok “swing ultras” alias para “glory hunters”. Mereka yang disebut terakhir ini adalah pendukung yang berpindah klub seiring naik-turunnya prestasi klub, sehingga melunturkan nilai-nilai Ultras itu sendiri. Fossa dei Leoni hingga kini tercatat sebagai Ultras yang paling lama bertahan (1968-2005).

Regenerasi anggota pada kelompok Ultras biasanya dilakukan secara turun-temurun dalam keluarga, dalam suatu institusi sosial-budaya seperti sekolah, kampus, klub-klub hiburan dan sebagainya. Penanaman nilai-nilai Ultras ini berlangsung sejak usia dini secara alamiah

Independensi
Nilai penting lain yang dianut Ultras adalah independensi. Nilai terakhir ini secara masif diperkenalkan oleh Irriducibili Lazio yang terbentuk tahun 1987. Penerapan independensi membatasi loyalitas Ultras hanya kepada tim atau para pemain, dan mengambil posisi independen terhadap pihak lainnya termasuk partai politik, sponsor dan terutama terhadap manajemen klub.

Setelah hadirnya Irriducibili Lazio, maka Ultras di Italia tersegregasi menjadi Ultras Keras dan Ultras Lunak. Kelompok keras akan menolak bantuan dalam bentuk apapun dari manajemen klub, mereka mandiri secara finansial, mengeluarkan uang pribadi untuk tiket dan biaya perjalanan dari kota ke kota mengikuti para pemain yang bertanding serta untuk memproduksi peraga (tifo) dalam stadion. Tak heran, fans Lazio misalnya, dapat bersikap sangat konfrontatif terhadap manajemen Lazio sendiri demi kepentingan pemain dan tim, yang diyakininya. Kelompok Ultras keras ini bersikap protektif membela pemain dan memprotes kebijakan manajemen klub saat prestasi kub melorot.

Kelompok lunak ini cenderung sejalan dengan manajemen klub dan sangat bergantung pada manajemen klub dalam hal pendanaan untuk keperluan spanduk atau bendera, penyediaan sarana gudang atau sekretariat, diskon tiket dan bahkan penyediaan sarana transportasi. Kelompok Ultras dari Juventus misalnya, sebagian besar terdiri dari keluarga dan kerabat pabrik mobil Fiat dan pemasoknya, mereka dikoordinasi dan dibiayai oleh keluarga besar Agnelli. Sementara kelompok Ultras di Internazionale memiliki hubungan finansial yang erat dengan keluarga besar Moratti. Beberapa kelompok bahkan memakai nama sang taipan minyak Italia tersebut pada nama grupnya. Kelompok Ultras lunak ini cenderung membela manajemen klub dan menyalahkan pemain atau pelatih jika prestasi klub merosot.

Apapun, Ultras lebih daripada sekedar pendukung klub. Ultras adalah jalan hidup, gaya hidup dan mentalitas. Tahun 2009 kelompok Ultras keras dari Lazio, Roma, AC Milan, Catania, Genoa dan Napoli mengadakan demonstrasi besar di kota Roma menentang penindasan atas Ultras dan pembatasan masuk stadion. Mereka mengeluarkan deklarasi bersama. Isi deklarasi ini dapat menggambarkan, bagaimana mentalitas Ultras itu sesungguhnya.

Ultras, a Way of Life:

“Kami berbeda dari yang normal dan biasa. Berbeda dari rata-rata, dari yang umumnya ada. Kehormatan, totalitas, loyalitas dan persahabatan. Ultras adalah tentang nilai-nilai idealisme yang diterapkan sepanjang masa. Ultras bukan tentang yang terbaik atau yang teratas , melainkan tentang mentalitas. Mentalitas yang hanya ada pada Ultras. Mentalitas yang yang lebih kuat dari segala tekanan. Pelarangan masuk stadion dan jeruji penjara, tak ada yang dapat menghentikan kami. Kami Ultras, tindaslah kami, maka bara tekad kami akan semakin besar. Kami memercayai mentalitas Ultras. Sepakbola telah sakit, benar-benar sakit. Semuanya hanya tentang uang, uang dan uang. Sepakbola normal telah diabaikan, stadion tak pernah terisi penuh. Mereka menyalahkan Ultras, tapi kami tahu lebih baik daripada mereka.”

“Kamilah bagian termurni yang bertahan dari sepakbola. Kami mengeluarkan ratusan euro dan menempuh ribuan kilometer ke segenap pelosok Italia untuk mewakili kota kami, warna dan klub kami. Kekerasan bukan lagi yang terpenting, karena kalian akan selalu menemukan kekerasan dimanapun kalian berada, di setiap kebudayaan dan di setiap negara. Mereka mengatakan bahwa Ultras merusak sepakbola. Salah besar! Uang, doping, menyuap pemain dan membayar wasit serta pemain yang digaji tak masuk akal tingginya, itulah yang merusak sepakbola. Kamilah yang selalu meneriakkan dukungan bagi tim kami, setiap hari, setiap minggu. Salju, hujan dan teriknya matahari bukan masalah bagi kami. Kami membenci sistem kalian, kami melawan penindasan kalian, dan akan selalu begitu. Ayah-ayah kami dulu memenuhi Curva, kini kami yang ada di sana, dan kelak putera-putera kami yang akan menggantikan. Kami akan menanamkan kepada mereka nilai-nilai yang kami anut, membuat mereka mengerti tentang mentalitas kami, sehingga mereka akan melalui jalan hidup yang sama dengan kami. Generasi tua hilang, generasi baru muncul, tetapi idealisme Ultras akan tetap sama sepanjang masa.”

Againts Modern Football



Apa itu sepak bola modern seperti apa yang dimaksud? Apakah dampak dari sepak bola modern mempengaruhi bagi seorang supporter ?
Salah satu contohnya adalah Tim AUSTRIA SALZBURG yang sekarang telah berganti nama menjadi RED BULL SALZBURG dimana orang-orang kaya membeli tim itu lalu mengubah segalanya tentang tim itu, Mulai dari NAMA hingga Warna tim itu. Bahkan supporter tim itu tak diperkenankan memakai Jarsey lama dari AUSTRIA SALZBURG, dan ini berarti SEPAK BOLA MODERN telah melupakan masa lalu, Sejarah Tim dan Tradisi daritim itu sendiri. Aspirasi dari supporter dan fans tidak dimasukkan sebagi pertimbangan untuk memutuskan sebuah keputusan dalam Sepak Bola Modern. Dan kini semata - mata Supporter hanyalah Uang berjangka yang terus mengalir untuk mendapatkan sebuah tiket dengan Harga yang lebih WOW dari sebelumnya. Tak ada yang peduli ketika perlahan para Fans pergi, dan memakai uang simpanannya untuk mendukung timnya dalam laga away, yang padahal biasanya hanya bermain di akhir pekan saja.

Selain itu tugas supporter yang seharusnya tetap berdiri kini hanya duduk dan menonton saja sambil sesekali meneriakan kekesalannya. Kini Tampilan tak diperbolehkan, tak ada kembang api, Bendera dan Polisi pun kini bertindak lebih brutal terhadap supporter.Mereka menangkapi Supporter dengan tampilan yang dianggapnya sebagai biang kerusuhan dan melarangnya memasuki daerah stadion. Hanya dengan kecurigaan mereka bisa langsung menghakimi. Di eropa Semua supporter sudah muak diperlakukan seperti seorang penjahat dan di persulit akses menuju stadion . Semua kini di tentukan oleh Sponsor. Sponsor pula yang menentukan kapan pertandingan harus dimulai setelah memastikan sebagian besar pelanggannya duduk di depan TV.
Tapi usaha itu semua bagi kami hanyalah sia-sia saja, karena bagi kami:

  1. Kami tidak mendukung sponsor yang berkontribusi pada permainan yang berlangsung selama seminggu full.
  2. Kami tidak membeli produk di mana kita berpikir bahwa mereka memberikan kontribusi untuk mengubah sejarah sebuah tim ‘dan tradisi yang ada.
  3. Kami tidak berlangganan Channel TV olahraga swasta karena memberi kontribusi untuk mengubah melepaskan tendangan kali, sehingga sulit bagi para fans mengikuti tim mereka di laga away.
  4. Kami menentang semua tempat duduk stadion. Kami akan BERDIRI dan mendukung tim kami.!
  5. Kami tidak akan menampilkan bendera dan spanduk yang diberikan kepada kita oleh pihak “sponsor” dan lebih baik memiliki yang lain dari pada nama kelompok kami atau nama tim kami diambil mereka.
  6. Kami membenci musik disko sebelum, setelah dan di istirahat dari permainan, serta tarian menjijikan dan acara lainnya. Kami ada untuk menonton pertandingan sepak bola dan bukan teater cerdik!
  7. Kami tidak ambil bagian dalam setiap jenis tampilan, semua diputuskan oleh orang lain dari luar fans kami. Tidak ada sponsor atau merek perusahaan yang dapat memberitahu kita kapan dan bagaimana untuk menghibur dan menampilkan warna serta dukungan kami.
  8. Kami secara terbuka menerima setiap upaya untuk melestarikan gaya lama dukungan sepak bola dan bermain kami.
  9. Kami seperti tim yang “baru” bersatu, kami mencoba untuk melestarikan tradisi dan masa lalu kami!

Apa Itu Ultras



Ultras diambil dari bahasa latin yang mengandung artian ‘di luar kebiasaan’. Kalangan ultras tidak pernah berhenti menyanyi mendengungkan yel-yel lagu kebangsaan tim mereka selama pertandingan berlangsung. Mereka juga rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung (karena negara-negara yang terkenal dengan ultras nya seperti Argentina dan Italia, menyediakan tribun berdiri di dalam salah satu sudut stadion mereka). Selain itu pun para ultras paling senang menyalakan kembang api atau petasan di dalam stadion karena hal itu didorong untuk mencari perhatian, bahwa mereka hadir di dalam kerumunan manusia di dalam stadion.

“As an ultra I identify myself with a particular way of life. We are different from ordinary supporters because of our enthusiasm and excitement. This means, obviously, rejoicing and suffering much more acutely than everybody else “.

Nukilan kalimat dari seorang anggota Brigate Rossonere, salah satu ultras AC Milan, membantu kita untuk mengenali fenomena ultras. Ultras bukanlah sekadar kumpulan suporter (tifosi) biasa melainkan kelompok suporter fanatik nan militan yang mengidentifikasikan secara sungguh-sungguh dengan segenap hasrat dan melibatkan dengan amat dalam sisi emosionalnya pada klub yang mereka dukung.

Ultras mempelopori suporter yang amat terorganisir (highly organized) dengan gaya dukung 'teatrikal' yang kemudian menjalar ke negara-negara lain. Model tersebut sekarang telah begitu mendominasi di Pran...cis, dan bisa dibilang telah memberi pengaruh pada suporter Denmark 'Roligans', beberapa kelompok suporter tim nasional Belanda dan bahkan suporter Skotlandia 'Tartan Army'.

Model tersebut masyhur karena menampilkan pertunjukan-pertunjukan spektakuler meliputi kostum yang terkoordinir, kibaran aneka bendera, spanduk & panji raksasa, pertunjukan bom asap warna-warni, nyala kembang api (flares) dan bahkan sinar laser serta koor lagu dan nyanyian hasil koreografi, dipimpin oleh seorang CapoTifoso yang menggunakan megaphones untuk memandu selama jalannya pertandingan.

Dalam tradisi calcio, ultras adalah "baron" dalam stadion. Mereka menempati dan menguasai salah satu sisi tribun stadion, biasanya di belakang gawang, yang kemudian lazim dikenal dengan sebutan curva. Ultras tersebut menempati salah satu curva itu, baik nord (utara) atau sud (selatan), secara konsisten hingga bertahun-tahun kemudian. Utras dari klub-klub yang berbeda ditempatkan pada curva yang saling berseberangan. Selain itu, berlaku aturan main yang unik yaitu polisi tidak diperkenankan berada di kedua sisi curva itu.

Kelompok Ultras yang pertama lahir adalah (Alm.) Fossa dei Leoni, salah satu kelompok suporter klub AC Milan, pada tahun 1968. Setahun kemudian pendukung klub sekota sekaligus rival, Internazionale Milan, membuat tandingan yaitu Inter Club Fossati yang kemudian berubah nama menjadi Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurra). Fenomena ultras sempat surut dan muncul lagi untuk menginspirasi dunia dengan aksi-aksi megahnya pada pertengahan tahun 1980-an.

Fenomena ultras sendiri diilhami dari demontrasi-demontrasi yang dilakukan anak-anak muda pada saat ketidakpastian politik melanda Italia di akhir 1960-an. Alhasil, sejatinya ultras adalah simpati politik dan representasi ideologis. Setiap ultra memiliki basis ideologi dan aliran politik yang beragam, meski mereka mendukung klub yang sama. Ultras memiliki andil "melestarikan" paham-paham tua seperti facism, dan komunism socialism.

Mayoritas ketegangan antar suporter disebabkan oleh perbedaan pilihan ideologis daripada perbedaan klub kesayangan. Untungnya, dalam tradisi Ultras di Italia terdapat kode etik yang namanya Ultras codex. Salah satu fungsi kode etik itu "mengatur" pertempuran antar ultras tersebut bisa berlangsung lebih fair dan "berbudaya". Salah satu etika itu adalah dalam hal bukti kemenangan, maka bendera dari ultras yang kalah akan diambil oleh ultras pemenang. Kode etik lainnya ialah, seburuk apapun para tifosi itu mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.

Dewasa ini, ultras kerap dipandang sebagai lanjutan atau warisan dari periode ketidakpastian dan kekerasan politik 1960-an hingga 1970-an. Berbagai kesamaan pada tindak tanduk mereka disebut sebagai bukti dari sangkut paut ini. Kesamaan-kesamaan itu tampak pada nyanyian lagu - yang umumnya digubah dari lagulagu komunis tradisional - lambaian bendera dan panji, kesetiaan sepenuh hati pada kelompok dan perubahan sekutu dengan ultras lainnya, dan, tentunya, keikutsertaan dalam kekacauan dan kekerasan baik antara mereka sendiri dan melawan polisi!

Ultras itu sekelompok supporter tetapi dia sangat fanatik trhadap tim yg di dukung'a.. selalu mengibarkan panji2 kebesaran tim yg mereka dukung.. mereka bukan supporter biasa yg hanya duduk dan diem aja di stadion,. tetapi mereka itu atraktif, selalu menyanyikan lagu2 buat tim'a, membawa bendera besar ke stadion, membawa Red Flare, nampilin banner yg besar di stadion, menampikan Coreography dan satu yg penting.. "MEREKA SELALU BERDIRI SELAMA MENONTON PERTANDINGAN SAMBIL BERNYANYI UNTUK MENDUKUNG TIMNYA.."

mereka tergolong supporter yang ekstrim dlm bertindak (GARIS KERAS).. mereka jg memiliki ideologi politik tersendiri yg di anut, seperti Politik Sayap Kiri atau Sayap Kanan.. yg Sayap Kiri cenderung Ekstrim dlm bertindak, smentara yg Sayap Kanan masih patuh sma aturan, gag terlalu ekstrim klo bertindak..

oia, Ultras itu biasanya memiliki basis tersendiri di Stadion,.
seperti Ultras di Eropa , mereka selalu menetapi Tribun blakang gawang...
maka'a sebutan mereka adalah Curva Sud/ Curva Nord (Sud= Selatan , Nord= Utara).. gag pernah ada sebutan Curva Est dan Curva Covest..

Ultras sendiri punya kode etik di antara Ultras.. yaitu, mereka klo fight itu sifat'a open fight.. untuk merebut Banner/ bendera kebesaran yg jd simbol suatu grup Ultras.. dlm fight tersebut, mereka di larang melibatkan Polisi, karna Polisi itu HARAM.. A.C.A.B (All Cops Are Bastard)
Curva/ Tribun bagi Ultras, POLISI gag boleh masuk.

Gunawan Dwi Cahyo Absen Lawan Persepar


Bek Per­sijap Jepara Gunawan Dwi Cahyo dipastikan ab­sen saat menjamu Persepar Palangkaraya dalam kompetisi Indonesia Premier Lea­gue (IPL) di Gelora Bumi Kartini, Kamis (6/6) besok. Bek timnas di Piala AFF 2010 itu terkena akumulasi kartu kuning saat tampil melawan Persibo Bojonegoro, Minggu (2/6) malam lalu.

Pelatih Persijap Raja Isa me­ngatakan, tanpa Gunawan, timnya masih memiliki pemain seperti Fauzan Jamal. ”Saya sedang persiapkan pemain di posisi Guna­wan. Tetapi, keputusannya sehari sebelum pertandingan. Persepar bagus di sayap, jadi harus diantisipasi,” kata Raja Isa.

Gunawan tampil efektif saat melawan Persibo. Ia mampu me­redam kecepatan penyerang sayap Zulvin Zamrun. Beberapa kali umpan lambung untuk Zamrun selalu dia potong. Keunggulannya dalam membaca bola-bola atas itu memberi jaminan pada sisi kiri pertahanan timnya. Namun, lantaran melanggar keras Zamrun lima menit sebelum pertandingan, dia pun diganjar kartu kuning oleh wasit. Karena itu ia harus absen di pertandingan melawan Persepar.


Tak Membebani


Raja Isa menyatakan, absennya Gunawan tak terlalu membebaninya. Karena, Ahmad Mahrus Bahtiar sudah bisa tampil lagi di lini belakang setelah absen karena akumulasi kartu. Ia kini fokus pada lini depan agar kembali efektif seperti saat melawan Persibo.

Raja Isa kembali akan mengandalkan Agung Supriyanto sebagai penggempur. Agung yang juga anggota Tentara Nasional Indo­nesia (TNI) itu kini mencetak gol terbanyak di timnya dengan lima gol. Dua gol di antaranya dilesakkan ke gawang Persibo.

Selain Agung, stok striker yang dimiliki adalah Noorhadi dan Dicky Firasat. Dua pemain ini di­simpan tenaganya saat melawan Persibo karena Raja Isa menurunkan duet Agung-Gipsi sebelum akhirnya Gipsi digantikan Victor Ortega.

General Manager Persijap Mohammad Said Basalamah mengatakan, partai melawan Persepar adalah rangkaian laga yang harus dimenangi timnya jika ingin memburu papan atas. ”Pada Juni ini kami punya empat laga kandang. Satu laga sudah kami menangi (lawan Persibo), dan kini kami harus bisa melakukannya melawan Persepar. Tim memiliki motivasi tinggi, dan harus tetap waspada. Persepar tim bagus, jadi kami tak boleh meremehkan,” tegasnya.

Sumber : Persijap

Persijap Pertahankan Tren Positif


Laskar Kalinyamat memiliki tren positif setelah ditangi oleh pelatih asal Malaysia, Raja Isa. Semenjak debutnya pada awal April lalu, menggantikan Riono Asnan, Raja Isa sudah membukukan dua kemenangan dari tiga pertantandingan yang dijalani.

Teranyar, Raja Isa membawa Persijap memenangi pertandingan kontra Persibo Bojonegoro, Minggu (2/6) dengan skor telak 4-0. Tren positif yang saat ini menaungi Persijap tentu sangat diharapkan seluruh pendukung dan warga Jepara, berlanjut pada pertandingan-pertandingan berikutnya.

Raja Isa merasa yakin, tren positif yang saat ini dimiliki Persijap bakal mampu dipertahankan sampai akhir kompetisi. Keyakinan itu didasarkan pada kondisi tim yang saat ini menunjukan progres yang baik.

Pemain-pemain muda seperti Agung Supriyanto, Bukhori dan Gipsi terus menunjukan performa terbaiknya. Bahkan Agung yang saat ini juga dipanggil untuk mengikuti seleksi Timnas Indonesia terus menunjukan ketajamannya sebagai ujung tombak. ''Para pemain menunjukkan progres peningkatan yang baik, pemain semakin matang dan mapan ketika bertanding,” ujar Raja Isa.

Dia pun merasa yakin tren positif, juga akan kembali menaungi Persijap saat menjamu Persepar Palangkaraya, Kamis (6/6) mendatang di Stadion Gelora Bumi Kartini. Menjamu Persepar, Persijap yakin mampu mengulang sukses seperti ketika membekuk Persibo Bojonegoro. Pasalnya pelatih Raja Isa mengaku sudah mengantongi kekuatan Persepar.

"Kita terus melakukan evaluasi jelang laga melawan Persepar. Dan dengan kondisi tim yang saat ini semakin solid kami yakin mampu mempersembahkan kemanangan kepada para pendukung,” katanya.

Meski sudah mengantongi kekuatan Persepar, Raja Isa selalu mengingatkan kepada Evaldo dkk untuk tidak pernah menganggap remeh setiap lawan. General Manajer Persijap Muhammad Bassalamah mengingatkan, para pemainnya untuk tidak cepat puas. Hasil kemenangan yang diraih dari Persibo, bukanlah akhir kompetisi karena kompetisi masih panjang.

”Kompetisi masih panjang dan pastinya akan semakin sulit kita hadapi. Karena itu, seluruh pemain harus tetap optimistis, dan selalu fokus pada setiap pertandingan,''ujarnya.

Dia mengaku, Persijap memiliki target lolos Indonesia Super League (ISL) musim depan. Sehingga kondisi tim Persijap yang saat ini terus menunjukkan performa terbaik, diharapkan dapat terus dipertahankan.

''Saya bersyukur dengan kondisi finansial Persijap yang saat ini kurang baik, pemain-pemain masih mampu bermain dengan baik. Oleh sebab itu saya berharap, hal ini terus dijaga sampai kita benar-benar lolos ISL musim depan,” tandasnya.

Sumber : Persijap

Persijap Waspadai Pemain Baru Persibo

Written By Unknown on Jumat, 31 Mei 2013 | 19.47


Persijap bakal menjamu Persibo Bojonegoro dalam lanjutan kompetisi Indonesia Premier League (IPL) pada akhir pekan ini.

Untuk mengetahui performa lawan, pelatih Raja Isa pun menyempatkan diri mengintip kekuatan Persibo kala menjamu Persepar Palangkaraya di Bojonegoro beberapa waktu lalu. Kebetulan, Persepar juga akan dihadapi Laskar Kalinyamat pada bulan depan.

Dalam laga yang berakhir tanpa gol itu, Persibo belum menurunkan pemain asing barunya, Abel Cello. Hal itulah yang diwaspadai Raja Isa. Mengingat, pemain asal Liberia itu diprediksi bakal dimainkan saat lawan Persijap.
”Saat melawan Persepar, pemain Persibo Abel Chello tak turun karena masih di Jakarta. Saya menerka Persibo bakal membawa pemain baru saat menghadapi Persijap,” kata pelatih asal Malaysia itu, kemarin.

Diwaspadai

Selain itu, ada sejumlah pemain yang benar-benar diwaspadai. Mereka adalah Zulham yang cepat dalam menyerang bersama Anggar di tengah. Pemain asal Papua Victor Otto yang baru didaftarkan juga akan menjadi salah satu pemain kunci Persibo.

”Victor adalah pengoper dua striker yang mereka punya, yaitu Wahyu Teguh dan Indra Setiawan,” katanya.
Panggah, pemain yang dua musim lalu memperkuat Persijap dan menjadi kapten Persibo saat melawan Persepar, tak lepas dari pengamatan Raja Isa. ”Panggah adalah motivator rekan-rekannya. Kami harus bersiap menghadapi skema 4-1-3-2 yang mereka terapkan. Mungkin bisa berubah saat di Jepara nanti,” lanjut Raja Isa.

Sumber : Persijap